Tausiyah

"Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pekerjaan yang lain", (QS. Alam Nasyrah/94 : 7)

Kamis, 20 Oktober 2011

KAYA DAN MISKIN UJIAN HIDUP

Oleh : INDRA SUHERMAN, S.HI, M. Ag
(Kepala KUA Kecamatan Ampek Nagari Kab. Agam)

Kaya dan miskin adalah dua kata yang menghiasi jenis kehidupan manusia di dunia ini. Di mana ada orang kaya tentu di sana ada orang miskin. Tidaklah disebut seseorang itu kaya andai kata tidak ada seseorang yang berstatus miskin dan sebaliknya tidak juga akan disebut seseorang itu miskin andai kata tidak ada orang yang berstatus kaya di sekitarnya. Terjadinya kaya dan miskin di antara seseorang kalau kita renungi lebih dalam merupakan keindahan tersendiri sebagai karunia dan rahmat dari Yang Maha Kuasa.
Manusia terlahir ke dunia ini mempunyai usaha yang berbeda-beda di antara satu dengan lainnya. Dengan perbedaan usaha tersebut terdapatlah seseorang yang lebih penghasilannya dari pada yang lain. Namun yang terpenting dari semua itu adalah bahwa pada saat seseorang mendapat kelebihan rezeki ia tidak melupakan saudaranya yang belum beruntung mendapatkan rezeki yang mencukupinya. Siapa yang bisa menyangka dan memastikan di antara kita bahwa suatu saat nanti saudara kita yang belum mempunyai rezeki yang cukup tersebut juga akan membantu kita pada saat kita mengalami kekurangan. Bukankah hidup ini berputar bagaikan jari-jari pada sebuah ban sepeda ? kadang di atas dan kadang di bawah. Ya, begitulah indahnya hidup ini kalau kita bisa merenungi lebih dalam. Allah Swt sudah memberikan gambaran di dalam al Qur’an surat al- Lail ayat  4 – 11 yang artinya :
“Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertaqwa; dan membenarkan adanya pahala  yang terbaik (surga); maka Kami kelak akan menyiapkan kelak baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup; serta mendustakan pahala yang terbaik; maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa”. (QS Al Lail/92: 4-11)
Tidaklah agama kita, Islam, melarang umatnya untuk menjadi hartawan atau memiliki harta yang banyak. Di samping itu, Islam juga tidak mengecam orang miskin yang telah berusaha secara sungguh-sungguh dalam hidupnya. Namun bagi seseorang yang mempunyai banyak harta tentu lebih berkesempatan untuk beramal sholeh dengan hartanya dari pada seseorang yang tidak mempunyai rezeki yang cukup. Suatu contoh, bagaimana kita akan menunaikan zakat jika harta tidak sampai senisab, bagaimana pula kita ingin menunaikan haji ke Baitullah sementara uang tidak cukup untuk membayar ONH. Demikianlah betapa pentingnya kekayaan dalam menunaikan sebagian perintah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dari sisi lain, harta yang banyak memang tidak selalu mengantarkan pemiliknya untuk selalu mentaati semua perintah dari Allah Swt. Tak sedikit pula orang yang memiliki kekayaan terjerumus ke jalan yang tidak diridhoi oleh Tuhan. Namun dari ayat Allah Swt di atas dapat kita renungi bahwa jika harta itu digunakan untuk kemaslahatan, maka akan mengantarkan pemiliknya kepada ketenangan dan kedamaian hidup. Sebaliknya jika pemilik harta itu kikir atau enggan menggunakan hartanya untuk kemaslahatan di jalan Allah Swt. maka harta itu akan mengantarkannya kepada kebinasaan, baik di dunia apatah lagi diahirat kelak.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menyadari bahwa kekayaan dan kemiskinan yang sedang terjadi itu adalah semata-mata ujian dari Allah Swt. Maka tidaklah pada tempatnya bagi orang kaya untuk selalu membanggakan diri kepada orang miskin, berlaku zalim, dan larut dalam kegelapan duniawi yang fana ini. Di samping itu, orang miskin juga tidaklah pantas selalu berputus asa, menganggap Tuhan tidak adil, dan tidak lagi mau berusaha sungguh-sungguh mencari karunia Tuhan di atas permukaan bumi ini. Pahamilah, bahwa tidaklah Allah meletakkan kekayaan atau kemiskinan kepada seseorang melainkan sebagai ujian dari Nya. Tidaklah kekayaan itu akan kekal abadi bagi seseorang, dan apabila kematian telah tiba saatnya bagi orang kaya maka harta itu tidak lagi akan berguna jika tidak dimanfaatkan pada jalan yang dibenarkan. Ingat, bagaimana Allah Swt memberikan pelajaran kepada kita tentang kisah Qarun dalam al Qur’an ? harta bagi sang Qarun ternyata tidak membawa manfaat apa-apa pada saat kematiannya. Na’udzubillah !
Salah satu kecenderungan dan sifat kurang terpuji manusia adalah bahwa apabila dia mendapatkan rezeki dari Allah Swt, maka pada saat itu dia mengakui kalau Tuhan sedang memuliakannya. Namun apabila Tuhan menguji dengan kemiskinan atau kurang harta, maka langsung mencap bahwa Tuhan sedang memberikan penghinaan kepadanya. Sifat seperti ini harus kita jauhi karena tidak sesuai dengan tuntunan Islam yang mengajarkan tentang akhlak al karimah. Allah Swt. Juga telah menyinggung kebiasaan manusia seperti ini dalam firman-Nya pada surat al Fajr ayat 15-16 yang artinya :
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata : “Tuhanku menghinakanku”. (QS. Al Fajr / 89 : 15-16)
Rasullullah Saw. sangat memuji pemeluknya yang lebih kuat di banding yang lebih lemah, termasuk tentunya kuat dalam masalah kekayaan atau bidang ekonomi. Kebanggaan seperti itu telah tercermin dalam sebuah hadis Nabi Saw yang menyatakan bahwa : “Seorang Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari seorang mukmin yang lemah, dan tangan di atas adalah lebih baik dari tangan di bawah”. Dengan demikian, perlulah kiranya kita mencari rezeki di atas permukaan bumi ini dengan sungguh-sungguh. Siapa yang sungguh-sungguh tentulah ia yang akan mendapat, demikian bunyi sabda Nabi Saw dalam hadits lain.
Kemiskinan pada dasarnya tidaklah diingini oleh semua orang. Dan tidaklah ada orang di dunia ini yang bercita-cita untuk menjadi miskin dalam hidupnya. Namun bagi yang miskin tertampunglah kewajiban untuk tetap sabar dan qanaah untuk menerima apa yang telah diberikan oleh Allah Swt kepadanya. Berusahalah selalu dengan sungguh-sungguh, mudah-mudahan Allah Swt akan merubah nasib  tersebut dengan melebihkan karunia-Nya sebagaimana janji-Nya pada al Qur’an. Namun, tentu kitalah yang memulainya terlebih dahulu untuk merobah keadaan miskin tersebut. Rezeki tidak bagitu saja mudah turun dari langit tanpa diusahakan. Sebaliknya, bagi orang-orang kaya tertampunglah kewajiban untuk menafkahkan kekayaan tersebut di jalan yang diridhoi Tuhan, salah satunya adalah dengan jalan memberi kepada orang yang miskin. Memberi dengan ikhlas tanpa berharap sesuatu di balik pemberian itu. Dengan adanya pemberian tersebut mudah-mudahan Allah Swt melipat gandakan rezeki kita di jalan yang lain. kaya dan miskin merupakan ketetapan dari Allah Swt dan dengannya menjadikan hidup di dunia mempunyai makna tersendiri pula. Wallahu a’lam bishshawwab !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bujangpamanih@gmail.com